Beredar kabar yang menyebutkan adanya rencana bahan bakar minyak yang dijual Pertamina yakni Pertalite akan dihapus. Sebagai gantinya, konsumen yang biasa membeli BBM dengan kadar oktan 90 tersebut akan dialihkan menggunakan Pertamax Green 92. Pertamax Green 92 sendiri merupakan campuran Pertalite dengan bahan bakar nabati, yakni Ethanol.
Lalu, apa kata Pertamina hingga Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral terkait kabar tersebut? Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan, pihaknya belum mengkaji lebih lanjut terkait adanya usulan penghapusan produk BBM dengan kadar oktan terendah milik Pertamina, yakni Pertalite. Diketahui, Pertamina saat ini tengah mengkaji untuk meningkatkan kadar oktan BBM Subsidi RON 90 menjadi RON 92.
Anies Muhaimin dan Ganjar Mahfud Saling Kejar, Hasil Survei Capres 2024 Terbaru Jelang Pilpres Survei Capres di 3 Provinsi dengan Pemilih Terbesar Pilpres 2024: Anies Vs Prabowo Vs Ganjar Soal Pertalite Dihapus dan Mau Diganti Pertamax Green 92, Ini Tanggapan Menteri ESDM dan Pertamina
Survei Capres Terkuat di Jawa Barat, Anies, Prabowo, dan Ganjar Geber Kampanye Akbar di Jabar GANJAR Balas Sindiran Jokowi Soal Jalan Rusak di Jateng, Bandingkan dengan Kondisi Jalan di Jatim Halaman all Hasil Survei Capres 2024 Terbaru Ungkap Peta Elektabilitas Tertinggi Calon Presiden 2024
Pertalite Resmi Dihapus dan Diganti Pertamax Green 92 Mulai Kapan? Ini Jawaban Pertamina Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 93 94 Kurikulum Merdeka: Membandingkan Isi Teks Halaman all Hal tersebut dilakukan dengan mencampur Pertalite dengan Ethanol 7 persen sehingga menjadi Pertamax Green 92.
Menurut Arifin, pencampuran Pertalite dan Ethanol bakal memakan biaya produksi yang lebih tinggi. Namun di satu sisi, Pertalite merupakan BBM bersubsidi. "(Kalau ditambah bioetanol) ya bagus. (Tapi biaya ongkos produksi) jadi naik. Siapa yang mau bayar?" ucap Arifin di saat ditemui di Gedung DPR RI Jakarta, Kamis (31/8/2023). Menurutnya, berbeda halnya dengan Pertamax yang merupakan BBM nonsubsidi, sehingga formula terkait harga penjualan dapat diatur oleh Pertamina.
"Jadi memang ini perbedaan pertamax dan pertalite, gara gara harga crude (minyak mentah) makin naik, Pertamax kan nonsubsidi, biaya produksi juga naik. makanya gap juga tinggi," papar Arifin. Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina (Persero) saat ini tengah mengkaji untuk meningkatkan kadar oktan BBM Subsidi RON 90 menjadi RON 92. Hal tersebut dilakukan dengan mencampur Pertalite dengan Ethanol 7 persen sehingga menjadi Pertamax Green 92.
Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati mengungkapkan, kajian yang dinamakan Program Langit Biru Tahap 2 tersebut masih dilakukan secara internal dan belum diputuskan. “Program tersebut merupakan hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan apapun dari pemerintah," papar Nicke dalam pernyataannya, Kamis (31/8/2023). "Tentu ini akan kami usulkan dan akan kami bahas lebih lanjut,” sambungnya.
Nicke menambahkan, jika nanti usulan tersebut dapat dibahas dan menjadi program pemerintah, harganya pun tentu akan diatur oleh pemerintah. Kajian tersebut menurut Nicke, dilakukan untuk menghasilkan kualitas BBM yang lebih baik, karena bahan bakar dengan kadar oktan yang lebih tinggi tentu akan semakin ramah lingkungan. “Tidak mungkin Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) harganya diserahkan ke pasar karena ada mekanisme subsidi dan kompensasi di dalamnya,” terang Nicke.
“Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik, sehingga untuk mesin juga lebih baik, sehingga emisi juga bisa menurun. Namun ini baru usulan sehingga tidak untuk menjadi perdebatan,” ungkapnya. Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini masih merupakan kajian internal di Pertamina. Untuk implementasinya, akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.